MAKALAH
AGAMA HINDU
YANTRA, TANTRA DAN MANTRA
OLEH :
DEWA
PUTU ARI LAKSANA
MADE
AGUS RIDWAN UTAMA
PUTU
AGUS SURYA ADYANA
KETUT
RIKA SASTRAWAN
SMA N 2 SINGARAJA TAHUN
AJARAN 2015/2016
Om Swastyastu,
Puji dan syukur kami panjatkan
kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa , Tuhan Maha Esa karena atas asung kertha
waranugraha-Nya kami bisa
menyelesaikan penulisan makalah ini yang
berjudul “ bentuk-bentuk
dan cara mempraktikan ajaran Tantra, Yantra, dan Mantra ”
Kami menyadari
betul apa yang Kami tulis dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik
menyangkut isi maupun penulisannya. Kekurangan-kekurangan tersebut terutama
disebabkan kelemahan dan keterbatasan pengetahuan beserta kemampuan kami, baik disadari
maupun tidak. Hanya dengan saran dan kritik yang konstruktif,
kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperkecil sehingga makalah ini akan
memberikan manfaat yang maksimal.
Akhirnya, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat yang maksimal bagi pembaca.
Om, Santih, Santih, Santih, Om
Singaraja, 22 Agustus 2015
Penulis,
Yantra
adalah alat atau symbol-simbol keagamaan yang diyakini memiliki kekuatan
spiritual untuk meningkatkan kesucian. Tantra adalah kekutan suci dalam diri
yang dibangkitkan dengan cara-cara yang ditetepkan dalam kitab suci. Mantra
adalah doa-doa yang harus diucapakan oleh umat hindu kebanyakan, pinandita,
pandita, sesuai dengan berbasiskan ketulus-ikhlasan sehingga membangun suatu
aktifitas yang disebut yajna. Tantra, yantra, dan mantra memiliki bentuk yang
berbeda-bedan serta cara mempraktikan yang berbeda pula. Hal itu akan kita
bahas sekarang.
v Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas kami selaku penulis dapat merumuskan pokok permasalahan yaitu :
1. Bentu-bentuk tantra, yantra, adan mantra?
2. Bagaimana cara mempraktikan tantra, yantra, dan mantra?
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas kami selaku penulis dapat merumuskan pokok permasalahan yaitu :
1. Bentu-bentuk tantra, yantra, adan mantra?
2. Bagaimana cara mempraktikan tantra, yantra, dan mantra?
v Tujuan
Penulisan
Agar Umat Agama Hindu memahami bentuk dan cara mempraktikan ajaran tantra, yantra, dan mantra.
Agar Umat Agama Hindu memahami bentuk dan cara mempraktikan ajaran tantra, yantra, dan mantra.
Bentuk-bentuk Tantra, Yantra, dan Mantra yang dipergunakan
dalam Praktik Kehidupan Sesuai Ajaran Agama Hindu.
Perenungan.
“Tràtàram indram avitàram handraýhavehave suhavaý úuram indram,
hvayāmi úakram puruhūtam indraý svasti no maghavā dhātvindrah.
Terjemahan:
Tuhan sebagai penolong, Tuhan sebagai penyelamat, Tuhan yang maha
kuasa, yang dipuja dengan gembira dalam setiap pemujaan, Tuhan, maha kuasa,
selalu dipuja, kami memohon, semoga Tuhan, yang maha pemurah, melimpahkan rahmat
kepada kami (RV.VI.47.11).
Tantra adalah
konsep pemujaan Ida Sanghyang Widhi Wasa di mana manusia kagum pada sifat-sifat
kemahakuasaan-Nya, sehingga ada keinginan untuk mendapatkan sedikit kesaktian.
Tantra adalah suatu kombinasi yang unik antara mantra, upacara dan pemujaan
secara total. Ia adalah agama dan juga philosopy, yang berkembang baik dalam
Hinduisme maupun Budhisme. Tantra adalah cabang dari Agama Hindu. Kebanyakan
kitab-kitab Tantra masih dirahasiakan dari arti sebenarnya dan yang sudah
diketahui masih merupakan teka-teki. Ada baiknya diantara kita mulai belajar
mendiskusikan ajaran tantra berlandaskan makna ajaran tersebut yang
sesungguhnya, dengan demikian kita akan dapat mengetahui dan melaksanakan
dengan bentuknya yang baik dan benar.
Secara umum
dapat dinyatakan bahwa yantra dan mantra adalah bentukbentuk ajaran tantra yang
sudah dilaksanakan oleh masyarakat pengikutnya guna memuja kebesaran Tuhan
sebagai pencipta, pemelihara dan pelebur semua yang ada ini. Namun demikian
pelaksanaannya masih perlu disesuaikan dengan kemampuan dan keadaan
pelaksananya, sehingga mereka dapat terhindar dari sesuatu yang tidak kita
inginkan bersama.
Di dalam
pemujaan yantra adalah sarana tempat memusatkan pikiran. Yantra adalah sebuah bentuk geometrik. Bentuk yantra yang paling
sederhana adalah sebuah titik (Bindu) atau
segi tiga terbalik. Disamping ada bentuk yantra yang sederhana, ada juga bentuknya yang sangat rumit (simetris dan
non-simetris) yang semuanya itu dapat
disebut Yantra. Semua bentuk-bentuk ini didasarkan atas bentuk-bentuk matematika dan metode-metode tertentu. Yantra
tersebut dipergunakan untuk
melambangkan para Deva seperti Siwa, Wishnu, Ganesha,
dan yang lainnya termasuk Sakti. Keadaan mantra dan yantra adalah saling
terkait. Pikiran dinyatakan dalam bentuk halus sebagai satu mantra dan pikiran
yang sama dinyatakan dalam bentuk gambar sebagai sebuah Yantra. Dinyatakan terdapat lebih dari sembilan ratus Yantra. Salah satu
dari Yantra yang terpenting adalah Sri
Yantra, atau Navayoni Chakra, melambangkan Siwa dan
Sakti. Yantra itu dapat dicermati dari berbagai praktik aliran atau
pengikut
Sakti.
Adapun
bentuk-bentuk yantra yang dapat dikemukakan dalam tulisan ini adalah;
1. Banten
Banten
adalah salah satu bentuk Yantra, sebagaimana dinyatakan dalam Lontar Yadnya
Parakerti. Banten itu memiliki arti yang demikian dalam dan universal. Banten
dalam upacara agama Hindu adalah wujudnya sangat lokal, namun di dalamnya
terkandung nilai-nilai yang universal. Banten itu adalah bahasa untuk
menjelaskan ajaran Agama Hindu dalam bentuk simbol. Banten menurut Lontar Yadnya
Prakerti menyatakan sebagai simbol ekspresi diri
manusia.
Misalnya; banten caru sebagai lambang
penetralisir kekuaan negatif, banten peras sebagai lambang permohonan untuk hidup sukses dengan menguatkan
Tri Guna ‘Peras Ngarania Prasidha Tri Guna Sakti’ artinya hidup sukses itu dengan memproporsikan dan memposisikan
dengan tepat dinamika Tri Guna (Sattwam Rajas Tamas) sampai mencapai Sakti.
2. Susastra
Dalam tradisi Hindu, yantra umumnya
digunakan untuk melakukan upakara puja dengan mengikut-sertakan bija mantra
sesuai yantra tersebut. Banyaknya jenis
puja dan setiap puja menggunakan yantra maka
penggunaan mantra juga menjadi berbeda. Adapun
bentuk-bentuk yantra dalam kesusteraan Hindu
antara lain:
a)
Bhu Pristha yantra; adalah yantra yang biasanya dibuat secara timbul atau dipahat pada suatu bahan
tertentu. Bhu Pristha yantra biasanya hanya ditulis pada
selembar kertas atau kain.
b)
Meru Pristha yantra; adalah yantra yang berbentuk seperti gunung atau piramid dimana di bagian dasar
penampangnya dibuat lebar atau besar semakin keatas semakin mengecil misalnya
bentuk meru pada bangunan pelinggih yang ada di Bali.
c)
Meru parastar yantra; adalah
bentuk yantra yang dipotong sesuai garis yantra tersebut atau dipotong bagian
tertentu.
d) Ruram Pristha
yantra; adalah yantra dimana bagian dasarnya membentuk mandala segi empat dan diatasnya
dibentuk sebuah bentuk tertelungkup atau seperti pundak kura-kura.
e)
Patala yantra: adalah yantra yang di bagian atas bentuknya lebih besaran dari pada bentuk
bagian bawahnya yang ‘kecil’. Bentuk ini kebalikan dari meru Pristha yantra
Setiap Yantra baik dari segi bentuk maupun
goresan yang tertera pada Yantra tersebut akan mempunyai arti yang berbeda serta
tujuan yang berbeda pula. Karena yantra mempunyai tujuan dan manfaat yang
berbeda. Bentuk-bentuk yantra dikembangkan dan diberi sentuhan artistik modern
sehingga yantra tidak lagi kelihatan seperti barang seni atau sebuah perhiasan
belaka, tetapi
disesuaikan dengan makna dan ciri yantra serta kebutuhan si
pemakainya. Sesuai perkembangan jaman sekarang banyak sekali yantra dibentuk
kecil, misalanya dalam bentuk kalung, gelang dan cincin. memang sebaiknya
yantra tersebut diusahakan selalu dekat dengan si pemakainya, dengan kedekatan
itu maka energi yang ada dalam yantra dan energi pemakai menjadi saling
menyesuaikan. Yantra dapat diibaratkan sebagai polaritas energi positif yang
secara terus menerus mempengaruhi si pemakainya sehingga dalam
waktu singkat fungsi yantra yang dikenakan dapat dirasakan manfaatnya atau
hasilnya. Siwa lingga adalah bagian dari Tantrisme. Dewasa ini hampir di semua
tempat suci (Pura) seseorang dapat melihat Siwalingga yang diwujudkan dengan
lingga – yoni. Menurut Siwa Purana, itu melambangkan ruang di mana alam semesta
menciptakan dan melenyapkan dirinya berulang-kali. Sedangkan menurut Tantra
mewujudkannya dengan phalus dan yoni sebagai perlambang dari sifat laki-laki
dan wanita. Ia juga melambangkan prinsip-prinsip kreatif dari kehidupan.
Siwalingga bisa bersifat Chala (bergerak) atau Achala (tidak bergerak). Chala
Lingga dapat ditempatkan di Pura atau rumah atau dapat dibuat secara sementara
dari tanah liat atau adonan atau nasi. Achala Linga biasanya ditempatkan di
Pura, terbuat dari batu. Bagian terbawah dari Siwalingga disebut Brahmabhaga
yang melambangkan Brahma, bagian tengah yang berbentuk segi delapan disebut
Wishnubhaga yang melambangkan Wishnu, dan bagian menonjol yang berbentuk
silinder disebut Rudrabhaga, serta pemujaan kepadanya disebut Pujabhaga.
Mandala artinya “lingkaran.” Ia
sesungguhnya bentuk yantra yang paling rumit. Ia berwujud dalam segala
bentuk dan sifatnya sangat artisitik. Dalam agama Hindu, mandala digunakan
sebagai alat bantu meditasi. Keindahan dari tempat-tempat suci (Pura) Hindu
terletak dalam jumlah mandala yang dipahat di batu-batu di dinding Pura.
Sebuah mandala terdiri dari satu pusat titik, garis-garis dan
lingkaran-lingkaran yang diletakkan secara geometrik di sekeliling lingkaran.
Pusatnya biasanya adalah sebuah titik (Bindu). Kita juga dapat melihat mandala
di Wihara Buddha. Dibalik setiap mandala terdapat sejumlah besar
pikiran-pikiran. Kadang-kadang melihat sebuah mandala sepertinya kita
melihat melalui sebuah kaleidoskop.
Sri Chakra adalah satu dari yantra
yang paling kuat dalam ajaran agama Hindu, yang biasanya digunakan oleh
penganut sakti Devi ibu, dalam pemujaan-Nya. Sri Chakra adalah simbol dari
Lalitha aspek dari Ibu Suci. Ia terdiri dari sebuah titik (Bindu) pada
pusatnya, yang dikelilingi oleh sembilan Trikona, lima dari padanya dengan
puncak menghadap ke bawah dan empat yang lain menghadap ke atas. Interseksi
atau persinggungan dari sembilan segi tiga ini menghasilkan empat puluh tiga
segi tiga secara total. Ini dikelilingi oleh lingkaran konsentris dari delapan
daun bunga teratai dan juga oleh tiga lingkaran konsentris. Akhirnya pada sisi
paling luar, ada sebuah segi empat (Chaturasra) yang dibuat dari tiga garis,
garis yang satu ada di dalam garis yang lain, membuka ditengah-tengahnya
masing-masing sisi sebagai empat gerbang. Mandala dalam konsep Agama Hindu
adalah gambaran dari alam semesta. Secara harafiah mandala berarti “lingkaran.”
Mandala ini terkait dengan kosmologi India kuno yang berpusatkan Gunung
Mahameru, sebuah gunung yang diyakini sebagai pusat alam semesta. Di dalam
Tantrayana mandala juga menggambarkan alam kediaman para makhluk suci, yang
sangat penting bagi ritual atau sadhana Tantra. Saat berlangsungnya sadhana,
sadhaka akan menyusun ulang mandala ini baik secara nyata ataupun visualisasi.
Sesungguhnya semua orang diantara kita setiap hari telah menyusun mandalanya
masing-masing. Mandala adalah melambangkan cakupan karya dan medan pemikiran
seseorang. Menurut ajaran Vajrayana, mandala hendaknya disusun secara cermat. Ini
menandakan bahwa dalam berkarya seseorang hendaknya cermat dan melakukan yang
sebaik-baiknya.
Maharsi
Manu yang disebut sebagai peletak dasar hukum yang digambarkan sebagai orang
yang pertama memperoleh mantra. Beliau mengajarkan mantra itu kepada umat
manusia dengan menjelaskan hubungan antara mantra dengan objeknya. Demikianlah
mantra merupakan bahasa ciptaan yang pertama. Mantra-mantra digambarkan dalam
bentuk yang sangat halus dari sesuatu, bersifat abadi, berbentuk formula yang
tidak dapat dihancurkan yang merupakan asal dari semua bentuk yang tidak abadi.
Bahasa yang pertama diajarkan oleh Manu adalah bahasa awal dari segalanya,
bersifat abadi, penuh makna. Bahasa Sansekerta diyakini sebagai bahasa yang
langsung barasal dari bahasa yang pertama, sedang bahasa-bahasa lainnya
dianggap perkembangan dari bahasa Sansekerta (Majumdar, 1916, p.603). Sebagai
asal dari bahasa yang benar, merupakan ucapan suci yang digunakan dalam
pemujaan disebut mantra. Kata mantra berarti
“bentuk pikiran”. Seseorang yang mampu memahami makna yang terkandung di dalam
mantra dapat merealisasikan apa yang digambarkan di dalam mantra itu (Danielou,
1964, 334).
Bentuk
abstrak yang dimanifestasikan itu berasal dan diidentikkan dengan para deva (devata). Mantra merupakan sifat alami dari deva-deva dan tidak dapat
dipisahkan (keduanya) itu. Kekuasaan para Deva merupakan satu kesatuan dengan
nama-Nya. Aksara suci dan mantra, yang menjadi kendaraan gaib para deva dapat
menghubungkan penyembah dengan devata yang dipuja. Dengan mantra yang memadai
mahluk-mahluk halus dapat dimohon kehadirannya. Mantra, oleh karenanya
merupakan kunci yang penting dalam aktivitas ritual dari semua agama dan juga
digunakan dalam aktivitas bentuk-bentuk kekuatan
gaib.
Pustaka Yamala Tantra menjelaskan sebagai berikut; “sesungguhnya, tubuh devata
muncul dari mantra atau bijamantra”. Masing-masing devata digambarkan dengan
sebuah mantra yang jelas, dan melalui bunyi-bunyi yang misterius. Arca dapat
disucikan dengan mantra dan arca tersebut menjadi ‘hidup’. Demikianlah kekuatan sebuah mantra yang menghadirkan devata dan
masuk ke dalam arca, sebagai jembatan penghubung dunia yang berbeda, dimana,
mantra-mantra sebagai instrumen, sehingga dapat dicapai sesuatu di luar
kemampuan logika manusia. “Sebuah
mantra; dinamakan demikian karena membimbing pikiran (manana) dan hal itu
merupakan pengetahuan tentang alam semesta dan perlindungan
(trana)
dari perpindahan jiwa, dapat dicapai” (Pingala Tantra) “Disebut sebagai sebuah
mantra karena pikiran terlindungi” (Mantra Maharnava, dikutip oleh Devaraja
Vidya Vacaspati) Persepsi yang pertama
tentang sebuah mantra selalu ditandai sebagai hubungan
langsung
antara umat manusia dengan deva. Mantra, diperoleh pertama kali oleh seorang
rsi. “karenanya
seorang rsi adalah yang pertama merapalkan mantra” (Sarvanukramani). Selanjutnya, mantra ditegaskan dengan karakter
matrik (irama) dihubungkan dengan karakter garis-garis lurus berkaitan denga yantra; kenyataannya ini merujuk kepada sesuatu yang dimiliki oleh mantra. Mantra menggambarkan devata tertentu yang dipuja dan dipuji; “mantra itu membicarakan devata” (Sarvanukramani).
Selanjutnya pula, seseorang melakukan tindakan dan untuk mencapai tujuan
tertentu dengan menggunakan mantra itu. Unsur-unsur bunyi digunakan dalam semua
bahasa untuk membentuk “ucapan suku kata” atau varna-varna yang dibatasi oleh kemampuan alat-alat wicara manusia kecerdasan
membedakannya melalui pendengaran. Unsur-unsur ini adalah umum dalam setiap
bahasa, walaupun umumnya bahasa-bahasa itu adalah sebuah bagian dari padanya.
Unsur-unsur bunyi dari bahasa sifatnya sungguh-sungguh permanen, bebas dari
evolusi atau perkembangan bahasa, dan dapat diucapkan sebagai sesuatu yang
tidak terbatas dan abadi. Kitabkitab Tantra melengkapi hal itu sebagai
eksistensi yang bebas dan digambarkan sebagai yang hidup, kekuatan kesadaran
bunyi, disamakan dengan deva-deva. Kekuatan dasar dari bunyi (mantra)
berhubugan dengan semua lingkungan dari manifestasinya. Setiap bentuk dijangkau
oleh pikiran dan indria yang seimbang dengan pola-pola bunyi, sebagai sebuah
nama yang alami. Dasar mantra satu suku kata disebuat sebagai bijamantra atau vijamantra (benih atau bentuk
dasar dari pikiran) Danielou, 1964: 335. Mantra disusun dengan menggunakan
aksara-aksara tertentu, diatur sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu
bentuk bunyi, sedang huruf-huruf itu sebagai perlambang-perlambang dari bunyi
tersebut. Untuk menghasilkan pengaruh yang dikehendaki, mantra harus disuarakan
dengan cara yang tepat, sesuai dengan “svara” atau ritme, dan varna atau bunyi. Mantra mempunyai getaran atau
suara tersendiri, karena itu apabila diterjemahkan ke alam bahasa lain, mantra
itu tidak memiliki warna yang sama, sehingga terjemahannya itu hanya sekedar
kalimat (Avalon, 1997: 85). Mantra itu mungkin jelas dan mungkin pula tidak
jelas artinya. Vijra (vijaksara) mantra
seperti misalnya Aim, Klim, Hrim, tidak
mempunyai arti dalam bahasa sehari-hari. Tetapi mereka yang sudah menerima
inisiasi mantra mengetahui bahwa artinya itu terkandung dalam perwujudnnya itu
sendiri (svarupa) yang adalah perwujudan
devata yang sedemikian itulah mantra-Nya, dan bahwa vija mantra itu adalah
dhvani yang menjadikan semua aksara memiliki bunyi dan selalu hadir di dalam
apa yang diucapkan dan yang didengar, karena itu setiap mantra merupakan
perwujudan (rupa) dari Brahman. Dari manana atau berpikir didapatkan pengertian terhadap kesejatian yang
bersifat Esa, bahwa substansi Brahman dan Brahmanda itu satu dari man yang sama, dan mantra datang dari suku pertama manana, sedangkan tra berawal dari trana, atau pembebasan dari ikatan samsara atau dunia fenomena ini. Dari kombinasi man dan tra itulah disebut mantra yang
dapat memanggil datang (matrana) catur varga atau empat
tujuan dari mahluk-mahluk luhur. Mantra adalah daya kekuatan yang mendorong,
ucapan berkekuatan (yang buah dari padanya disebut mantra-siddhi) dan karena itu sangat efektif untuk menghasilkan catur varga, persepsi kesejatian tunggal, dan mukti. Karena itu dikatakan bahwa siddhi merupakan
hasil yang pasti dari Japa. Dengan mantra devata itu
dicapai (Sadhya). Dengan siddhi yang
terkandung di dalam mantra itu terbukalah visi tri bhuvana. Tujuan dari suatu puja (pemujaan),
patha (pembacaan), stava (himne), homa
(pengorbanan), dhyana (kontemplasi) dan dharana (konsentrasi) serta Samadhi adalah sama. Namun yang terakhir yaitu diksa mantra, sadhana sakti bekerja bersama-sama
dengan mantra. Sakti yang memiliki daya revelasi dan api dengan demikian lalu
memiliki kekuatan yang luar biasa. Mantra khusus yang diterima ketika
diinisiasi (diksa) adalah vija mantra, yang
ditabur di dalam tanah nurani seorang sadhaka. Terkait dengan ajaran tantra
seperti sandhya, nyasa, puja dan
sebagainya merupakan pohon
dari
cabang-cabang, daun-daunnya ialah stuti, vandana bunganya, sedangkan kavaca terdiri
atas mantra adalah buahnya (Avalon, 1997: 86). Nitya Tantra menyebutkan
berbagai nama terhadap mantra menurut jumlah suku katanya. Mantra yang terdiri
dari satu suku kata disebut Pinda, tiga suku kata disebut Kartari. Mantra yang terdiri dari empat sampai sembilan suku kata disebut
Vija mantra. Sepuluh sampai dua puluh disebut mantra, dan mantra yang terdiri lebih dari 20 suku kata disebut Mala. Tetapi biasanya istilah Vija diberikan kepada mantra yang
bersuku kata tunggal. Mantra-mantra Tantrika disebut Vija mantra, disebut demikian karena mantra-mantra itu merupakan inti dari
sidhhi, dan mantra-mantra Tantrika itu adalah saripatinya mantra. Mantra-mantra
Tantrika pada umumnya pendek, tidak dapat dikupas lagi secara etimologi,
seperti misalnya Hrim, Srm, Krim, Hum, Am, Phat dan
sebagainya. Setiap devata memiliki vija. Mantra
primer satu devata disebut mula mantra. Kata mula berarti
jasad sangat halus dari devata yang disebut Kamakala. Mengucapkan mantra dengan tidak mengetahui artinya atau
mengucapkan tanpa metode tidak lebih dari sekedar gerakan-gerakan bibir. Matra
itu tidur. Beberapa proses harus dilakukan sebelum mantra itu diucapkan secara
benar, dan proses-proses itu kembali menggunakan mantra-mantra, seperti usaha penyucian
mulut ‘mukhasodhana’, penyucian lidah ‘jihvasodhana’, dan penyucian terhadap mantra-mantra itu sendiri ‘asaucabhanga’,
kulluka,
nirvana, setu, nidrabhanga ‘menbangunkan
mantra’, mantra chaitanya atau memberi daya hidup
kepada mantra dan mantrarthabhavana, yaitu membentuk bayangan mental terhadap devata yang menyatu di dalam
mantra itu. Terdapat 10 samskara
terhadap mantra itu. Mantra tentang devata adalah devata itu sendiri. Getaran-getaran ritmis dari bunyi yang
dikandung oleh mantra itu bukan sekedar
bertujuan mengatur getaran yang tidak teratur dari
kosa-kosa seorang pemuja, tetapi lebih jauh lagi dari irama mantra itu muncul perwujudan devata, demikianlah kesejatiannya. Mantra sisshi
ialah kemampuan untuk mebuat mantra itu menjadi efektif dan mengasilkan
buah, dalam hal itu mantra itu disebut siddha (Avalon.
1997: 87). Berikut ini adalah beberapa
mantra yang dikutip dari buku Doa sehari-hari menurut Hindu, dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh umat sedharma,
sebagai berikut:
Doa, bangun
pagi:
Om jagrasca
prabhata kalasca ya namah swaha.
Terjemahan:
Oh Hyang
Widhi, hamba memuja-Mu, bahwa hamba telah bangun pagi dalam
keadaan
selamat.
Doa,
membersihkan diri (mandi) :
Om gangga
amrtha sarira sudhamam swaha, Om sarira parisudhamam
swaha.
Terjemahan:
Ya Tuhan,
Engkau adalah sumber kehidupan abadi nan suci, semoga badan
hamba
menjadi bersih dan suci.
Doa, di
waktu akan menikmati makanan:
Om Ang Kang
kasolkaya ica na ya namah swaha, swasti swasti sarwa Deva
bhuta
pradhana purusa sang yoga ya namah.
Pendidikan
Agama Hindu Dan Budi Pekerti 199
Terjemahan:
Oh Hyang
Widhi yang bergelar Icana (bergerak cepat) para Deva bhutam,
dan unsur
Pradhana Purusa, para Yogi, semoga senang berkumpul menikmati
makanan
ini.
Doa,
memohon bimbingan:
Om asato ma
sadyamaya tamaso ma jyoti gamaya mrtyor ma amrtam
gamaya, Om
agne brahma grbhniswa dharrunama syanta riksam drdvamha,
brahmawanitwa
ksatrawani sajata, wahyu dadhami bhratrwyasya wadhyaya.
Terjemahan:
Tuhan yang
maha suci, bimbinglah hamba dari yang tidak benar menuju yang benar, bimbinglah
hamba dari kegelapan menuju cahaya pengetahuan yang terang, lepaskanlah hamba
dari kematian menuju kehidupan yang abadi, Tuhan yang Maha Suci, terimalah
pujian yang hamba persembahkan melalui Veda mantra dan kembangkanlah dan
kembangkanlah pengetahuan rohani hamba agar hamba dapat menghancurkan musuh
yang ada pada diri hamba (nafsu). Hamba menyadari bahwa engkaulah yang berada
dalam setiap insani (Jiwatman), menolong orang terpelajar, pemimpin negara dan
para pejabat. Hamba menuju Engkau semoga melimpahkan anugerah kekuatan kepada
hamba (Ngurah, IGM. dan Wardhana, IB. Rai. 2003 : 7 – 17).
Demikian dapat diuraikan beberapa bentuk-bentuk Yantra, Tantra dan
Mantra yang dipergunakan dalam praktik kehidupan berdasarkan ajaran Agama Hindu
dalam tulisan ini. Menjadi kewajiban umat sedharma untuk mempraktikannya,
sehingga apa yang menjadi tujuan bersama dapat diwujudkan dengan baik (damai).
Ajaran Tantra,
Yantra, dan Mantra.
Perenungan.
“Brahmaóà bhùmir vihità
brahma dyaur uttarà hità,
brahma-idam urdhvaý tiryak ca
antarikûaý vyaco hitam.
Terjemahan:
‘Brahma menciptakan bumi ini, brahma menempatkan langit ini
diatasnya, brahma menempatkan wilayah tengah yang luas ini di atas dan di jarak
lintas’ (Atharvaveda X. 2.25).
Tantra atau yang sering disebut tantrisme adalah ajaran dalam
Agama Hindu yang mengandung unsur mistik dan kekuatan gaib. “Tantra adalah
bagian dari Saktisme, yaitu pemujaan kepada Ibu Semesta. Dalam proses
pemujaannya, para pemuja Sakta tersebut menggunakan mantra, yantra, dan tantra,
yoga, dan puja serta melibatkan kekuatan alam semesta dan membangkitkan kekuatan
kundalini. Bagaimana praktik ajaran tantra, berikut ini dapat dipaparkan, antara
lain;
1. Memuja
shakti
Tantra disebut Saktiisme, karena yang dijadikan obyek persembahannya adalah
shakti. Shakti dilukiskan sebagai Devi, sumber kekuatan atau tenaga. Shakti
adalah simbol dari bala atau kekuatan ‘Shakti is the symbol of bala or
strength’ Pada sisi lain shakti juga disamakan dengan energi atau kala ‘This
sakti or energi is also regarded as “Kala” or time’ (Das Gupta, 1955 :
100). Tantra merupakan ajaran filosofis yang pada umumnya mengajarkan pemujaan
kepada shakti sebagai obyek utama pemujaan, dan memandang alam semesta sebagai
permainan atau kegiatan rohani dari Shakti dan Siwa. Tantra juga mengacu kepada
kitab-kitab yang pada umumnya berhubungan dengan pemujaan kepada Shakti (Ibu
Semesta, misalnya Devi Durga, Devi Kali, Parwati, Laksmi, dan sebagainya), sebagai
aspek Tuhan Yang Tertinggi dan sangat erat kaitannya dengan praktek spiritual
dan bentuk-bentuk ritual pemujaan, yang bertujuan membebaskan seseorang dari
kebodohan, dan mencapai pembebasan. Dengan demikian Tantrisme lebih sering
didefinisikan sebagai suatu paham kepercayaan yang memusatkan pemujaan pada
bentuk Shakti yang berisi tentang tata cara upacara keagamaan, filsafat, dan
cabang ilmu pengetahuan lainnya, yang ditemukan dalam percakapan antara Deva
Siwa dan Devi Parwati, maupun antara Buddha dan Devi Tara.
2. Meyakini
pengalaman mistis
Tantra bukan merupakan sebuah sistem filsafat yang bersifat padu (koheren),
tetapi tantra merupakan akumulasi dari berbagai praktek dan gagasan yang
memiliki ciri utama penggunaan ritual, yang ditandai dengan pemanfaatan sesuatu
yang bersifat duniawi (mundane). Untuk menggapai dan mencapai sesuatu yang
rohani (supra-mundane), serta penyamaan atau pengidentikan antara unsur
mikrokosmos dengan unsur makrokosmos perlu diupayakan. Praktisi tantra
memanfaatkan prana (energi semesta) yang mengalir di seluruh alam semesta
(termasuk dalam badan manusia) untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan itu
bisa berupa tujuan material, bisa pula tujuan spiritual, atau gabungan
keduanya. Para penganut tantra meyakini bahwa pengalaman mistis adalah merupakan
suatu keharusan yang menjamin keberhasilan seseorang dalam menekuni tantra.
Beberapa jenis tantra membutuhkan kehadiran seorang guru yang mahir untuk
membimbing kemajuan siswa tantra.
3.
Simbol-simbol erotis
Dalam
perkembangannya dimana tantra sering menggunakan simbolsimbol material
termasuk simbol-simbol erotis. Tantra sering kali diidentikkan dengan
ajaran kiri yang mengajarkan pemenuhan nafsu seksual, pembunuhan dan kepuasan
makan daging. Padahal beberapa perguruan tantra yang saat ini mempopulerkan
diri sebagai tantra putih menjadikan pantangan mabuk-mabukan, makan daging dan
hubungan seksual sebagai sadhana dasar dalam meniti jalan tantra. Beberapa
orang Indolog beranggapan bahwa ada hubungan antara Konsep-Devi (Mother-Goddes)
yang bukti-buktinya terdapat dalam suatu zeal di Lembah Sindhu (sekarang ada di
Pakistan), dengan Konsep Mahanirwana Tantra. Konsep ini berpangkal pada
percakapan Devi Parwati dengan Deva Siva yang menguraikan turunnya Devi Durga
ke Bumi pada zaman Kali untuk menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan
perilaku.
4.
Penyelamat dunia dari kehancuran
Dalam
beberapa sumber Devi Durga juga disebut “Candi”. Dari sinilah pada
mulanya muncul istilah “candi” (candikaghra) untuk menamai bangunan
suci sebagai tempat memuja Deva dan arwah yang telah suci. Peran Devi Durga
dalam menyelamatkan dunia dari kehancuran moral dan perilaku disebut kalimosada.
Kalimosada (Kali-maha-usada), yang artinya Devi Durga adalah obat yang paling
mujarab dalam zaman kekacauan moral, pikiran dan perilaku; sedangkan misi Beliau
turun ke bumi disebut Kalika-Dharma. Seiring pendistorsian ajaran Hindu di Indonesia.
Apakah kalimosada ‘Kalimat Syahadat’?
5. Mewarnai
kebudayaan dan keagamaan
Prinsip-prinsip
Tantra terdapat dalam buku bernama Nigama, sedangkan praktek-prakteknya
dalam buku Agama. Sebagian buku-buku kono itu telah hilang dan sebagian lagi
tak dapat dimengerti karena tertulis dalam tulisan rahasia untuk menjaga
kerahasiaan Tantra terhadap mereka yang tak memperoleh inisiasi. Ada beberapa
jenis kitab yang memuat ajaran Tantrayana, yaitu antara lain : Maha
Nirwana Tantra, Kularnawa Tantra, Tantra Bidhana, Yoginirdaya Tantra,
Tantra sara, dsb. Dalam perkembangannya, praktik tantra ini juga selalu
mewarnai kebudayaan dan keagamaan yang berkembang di nusantara. Hal ini dapat
dilihat dari berbagai jenis peninggalan prasasti, candi dan arcaarca bercorak
tantrik. Karakteristik tantrisme di India secara alami ajaran-ajarannya
yang berpedoman pada Veda, mengalir ke Indonesia. Konsekuensinya, bahwa
ajaran-ajaran Tantra yang bersumber pada Veda, di Indonesia berkembang sebagaimana
yang diharapkan oleh para pengikutnya.
Yantra adalah sarana dan tempat
memusatkan pikiran. Adapun unsur-unsur sebuah yantra adalah: Titik (bindu),
garis lurus, segi tiga, lingkaran, heksagon (persegi enam), bujur sangkar,
bintang (pentagon), garis melintang, svastika, bintang segi enam (star
heksagon), dan padma yang untuk lebih jelasnya dapat diterangkan sebagai
berikut:
1. Bindu (titik)
Titik adalah yang meresapi semua konsep ruang, setiap gerakan,
setiap bentuk, dapat dipahami sebagai terbuat dari titik-titik. Ruang alam,
ether, merupakan tempat, yaitu kemungkinan penegasan tempat-tempat tertentu atau
titik-titik. Yang meresapi segala, yang terbentang merupakan titik secara
matematik merupakan ekspresi dari sifat ether. Titik dapat juga menggambarkan
keterbatasan perbedaan yang satu eksistensi atau asal manifestasi yang satu
dengan yang lainnya. Ketika sesuatu eksistensi dalam tingkat tidak
termanifestasi menjadi bermanifestasi, maka manifestasi mulai di berbagai
tempat, dalam beberapa titik di ruang angkasa, dalam beberapa titik waktu. Dan
hal itu mesti terjadi secara spontan yang pada mulanya sesuatu tidak muncul dan
selanjutnya menampakkan diri dalam suatu lokasi. Spontanitas pertama ketika
sesuatu belum menampakkan diri dan kemudian muncul dengan cukup digambarkan
melalui titik, yang bisa dijelaskan sebagai “suatu manifestasi yang terbatas”.
2. Garis lurus
Ketika sebuah titik bergerak secara bebas dalam aktrasinya yang abadi,
gerakannya itu berbentuk garis lurus. Garis lurus dipakai untuk menggambarkan
gerakan yang tiada merintangi, demikianlah prinsip dari semua perkembangan.
3. Segi Tiga
Perkembangan dipadukan untuk bangkit atau sebuah gerakan ke arah atas
dapat digambarkan dengan sebuah anak panah atau lidah api. Segi tiga dengan
pucaknya ke atas melambangkan api, diidentifikasikan dengan prinsip laki-laki,
lingga atau phallus, simbol Siva, leluhur atau manusia kosmos (purusa).
Segala gerakan ke atas adalah sifat dari unsur api, aktivitas mental dalam
bentuknya yang halus. Simbol bilangannya adalah nomor 3. Segi tiga dengan
puncaknya ke bawah menggambarkan kekuatan kelembaman yang di tarik ke bawah,
dan tendesi aktivitas menekan. Hal ini disosiasikan dengan unsur air, yang
tendensinya selalu ke bawah, merata pada levelkanya. Hal ini merupakan aspek
pasif dari ciptaan dan bila dilambangkan dengan ‘yoni’ atau prinsip wanita,
yang merupakan lambang dari Energi (sakti) atau sifat Kosmik (prakrti). Simbol
lainnya diasiosasikan dengan unsur air adalah lengkung dari sebuah lingkaran, bulan
sabit dan gelombang. Angka bilangan yang menjadi simbolnya adalah angka 2.
4. Lingkaran
Gerak dari lingkaran muncul melalui revolusi planet-planet. Hal
ini merupakan simbol dari semuanya kembali lagi, semua siklus, semua irama,
yang membuat kemungkinan adanya eksistensi. Gerakan melingkar adalah
kecenderungan sifat rajas (berputar) yang merupakan sifat dari manifestasi
yang dapat dimengerti. Pusat lingkaran, bagaimanapun, dapat melambangkan
ciptaan yang dapat ditarik ke dalam, energi yang bergelung, yang ketika
dibangkitkan, mengantarkan semua mahluk dapat menyeberangi ruang dan bentuk manifestasi
dan mencapai tingkat kebebasan.
5. Persegi Enam (Hexagon)
Lingkaran kadang-kadang dijadikan sebuah unsur dari sebuah udara, meskipun
secara konvensional simbol untuk udara adalah persegi enam (hexagon).
Gerakan merupakan sifat dari udara, namun gerakannya tidak teratur (kacau),
gerakannya yang banyak di gambarkan melalui perkalian dari angka primer 2 dan
3, yang merupakan bilangan alami yang tidak bernyawa.
6. Bujur sangkar
“Gerakan perpanjangan yang dihubungkan dengan banyak sisi. Di
antara figur banyak sisi satu dengan unsur yang sangat sedikit (bagian dari
segi tiga) adalah bujur sangkar. Bujur sangkar dijadikan lambang bumi. Bujur sangkar
ini melambangkan unsur bunyi” (Devaraja Vidya Vacaspati, “Mantra-Yantra-Tantra,
seperti dikutip Danielou, 1964: 353). Angka bilangan yang merupakan simbol bumi
adalah 4.
7. Bintang (Pentagon)
Segala kehidupan yang tidak bernyawa dipercaya diatur dengan angka
bilangan 3 dan dikalikan 2 dan 3. Kehidupan, sensasi, permunculan hanyalah
ketika nomor 5 menjadi sebuah komponen di dalam struktur segala sesuatu. Nomor
5 diasosiasikan dengan Siva, Leluhur umat segalanya, sumber kehidupan. Bintang
diasosiasikan dengan cinta dan nafsu seperti halnya kekuatan untuk memisahkan.
Hal ini merupakan unsur yang sangat penting dari yantra-yantra yang
bersifat magis.
8. Tanda Tambah
Ketika titik berkembang dalam ruang mengarah ke 4 jurusan,
terjadilah tanda tambah. Tanda ini merupakan simbol dari perkembangan titik di dalam
ruang seperti halnya juga pengkerutan (reduksi) ruang menjadi satu (ke
titik tengah). Hal ini menunjukkan bahwa satu kekuatan bias berkembang berlipat
ganda. Di Bali tanda tambah ini disebut “tapak dara”, tanda bekas
diinjak burung merpati, digunakan untuk mengembalikan keseimbangan kekuatan
gaib.
9. Svastika
Pengetahuan yang Transcendent dikatakan “berliku-liku”
karena pengetahuannya tidak langsung dapat dipahami, di luar lingkup logika umat
manusia. Tanda tambah yang sederhana tidak hanya menggambarkan reduksi ruang
menuju satu kesatuan, tetapi juga lapangan manifestasi yang dari titik pusat, bindu,
simbol ether, mengembang ke 4 arah mata angin dan 4 unsur yang nampak. Hal ini,
tidak benar dilihat dari pandangan ke-Devataan yang luhur, yang tidak dapat
diambil sedemikian rupa dalam satu kesatuan. Hal ini diperlihatkan dengan
cabang berliku dari kemurahan svastika, yang bagaimanapun dihubungkan
dengan titik pusat material, saat ini titik tidak dapat ditentukan luas ruang
angkasa.
10. Bintang Segi Enam (Hexagon)
Bintang segi enam (hexagon) atau kenyataannya dalam bentuk dodecagon
adalah salah satu unsur yantra yang sangat umum. Dibuat dari dua segi tiga
yang saling tembus (penetrasi). Kita dapat melihat segi tiga yang
puncaknya menghadap ke atas menggambarkan Manusia Kosmos (purusa) dan
segi tiga yang ujungnya ke bawah merupakan Sifat Kosmos (prakrti).
Ketika bersatu dan dalam keadaan seimbang, keduanya berbentuk bintang “segi
enam” (hexagon), merupakan basis dari roda (cakra) simbol tedensi ketiga
atau tedensi rajas dari padanya alam semesta menampakkan diri. Lingkaran yang
mengelilingi bintang segi enam menggambarkan lapangan bersatunya kedua segi
tiga itu, dan hal itu merupakan ruang dari waktu. Ketika kedua segi tiga itu dipisahkan,
alam semesta hancur, waktu melenyapkan segala yang ada. Hal ini ditunjukan
dengan bertemunya dua ujung segi tiga atas dan segi tiga bawah pada satu titik
(bentuk hourglass), kendang (damaru) Sang Hyang Siva.
11. Bunga Padma
Segala simbol-simbol bilangan menggambarkan kesatuan tertentu yang
ditunjukkan di dalam yantra sebagai bunga yang bentuknya bundar yang disebut
bunga padma. Ada beberapa jenis Yantra yang utama, yang dapat kita kenal dalam
praktiknya dimasyarakat, antara lain sebagai berikut:
a)
Yantra-raja (raja Yantra)
Raja dari yantra digambarkan di
dalam Mahanirvana Tantra. “Gambar segi tiga dengan di tengah-tengahnya
ditulis bija mantra Hrim (wujud ilusi). Di luarnya digambarkan dua
lingkaran, yang pertama mengelilingi segi tiga, dan yang ke dua melingkari
lingkatan yang pertama. Antara lingkaran yang pertama dengan yang kedua dibagi
enam belas dengan
tanda kawat pijar, dan delapan daun
bunga padma (masing-masing) selembar diantara gambar dua kawat pijar tersebut.
Di luar lingkaran yang paling luar adalah kota yang sifatnya Kebumian, yang
akan langsung membuat garis lurus dengan empat pintu masuk dan penampilannya
akan menyenangkan. Di dalam acara yang menyenangkan para devata, penyembah akan
menggambar yantra, apakah terbuat dari jarum emas atau duri kayu bell (bila)
atau dengan potongan emas, atau perak, atau tembaga yang telah diurapi dengan
svayambhu, kunda atau bunga gola, atau tepung cendana, harumnya daun gaharu,
kumkuma atau tepung cendana merah yang dibuat seperti paste (Mahanirvana Tantra
5.172-76). Tujuan dari yantra ini untuk menciptakan hubungan dengan dunia
supranatural. Dengan bantuan-Nya, penyembah mendapatkan semua pahala kedunawian
dan kekuatan supranatural. Di dalamnya adalah yantra dengan karakter Hrim,
sebagai lambang dari Devi keberuntungan
Laksmi. Di luarnya terdapat segi tiga
yang berapi-api yang menuju gerakan ke atas dari energi yang bergelung
(Kundalini). Enam belas kawat pijar menggambarkan pencapaian kesempurnaan (16
adalah angka yang sempurna), delapan kelopak bunga teratai menggambarkan yang
meresapi segala menuju ke atas, yang tidak lain adalah Visnu.
Lingkaran luar adalah penciptaan,
bundaran yang bergerak dari padanya segala sesuatu lahir. Kekuatan mengatasi
dunia yang Nampak diperlihatkan dengan persegi empat bujur sangkar, simbol
bumi. Di empat sisi adalah 4 pintu yang mengantarkan seseorang dari alam
duniawi ke alam atas (spiritual). Ke utara (yakni sebelah kiri) adalah pintu
menuju Deva-Deva (devayana). Keselatan (yakni sebelah kanan) menuju kealam
leluhur (pitrayana), ke Timur (sisi atas) jalan menuju ke Surya (kepanditaan),
dan ke Barat (sisi bawah) adalah jalan keagungan, jalan menuju penguasa air
(Varuna). Empat pintu tersebut mengantar ke empat penjuru angin, membentuk
tanda tambah, simbol keuniversalan. Tanda tambah berkembang menjadi dua buah svastika
yang menunjukan bahwa ada dua jalan utama, yaitu kiri dan kanan.
b)
Yantra-Sarvatobhadra (Yantra
penjaga seluruh penjuru)
Yantra ini dijelaskan di dalam kitab Gautamiya Tantra (30.102-108).
Yantra ini dikatakan saran untuk dapat memenuhi semua keinginan, sekarang dan
yang akan datang, di dunia nyata dan di dunia yang gaib. “Namanya, berarti
bujur sangkar yang rata”, dan juga berarti kendaraan Deva Visnu. Menunjukkan
keadaan yang seimbang antara aktivitas dan istirahat, keterikatan dan
penyangkalan. Ia yang dari segala sisi seimbang dengan dirinya, di dalam atau
di luar, kesuburan dan buah yang dihasilkan. Ia yang dengan teguh duduk dalam
kereta hidupnya, dijaga dari segala sisi, sempurna dari seluruh sisi, bebas
dari bencana (Danielou 1964:356). Yantra ini terdiri dari 8 bujur sangkar
setiap sisinya, oleh karenanya adalah Visnu Yantra, berhubungan dengan sikap sattvam,
jalan kanan.
c)
Yantra-Smarahara (pengusir
keinginan)
Uraian tentang Yantra ini
dijelakan dalam kitab Syamastava Tantra, sloka 18, dibentuk dari 5 buah segi
tiga, merupakan Siva yantra, angka 5 berhubungan dengan sebagai bapak dan dasar
pemusnah. Segi tiga yang melambangkan lingga yang tajam, phallus api. “Melalui
kekuatan yantra ini, seseorang dapat menundukkan nafsu (Kama). Seorang
sadhaka yang menggapai pelajaran ini senantiasa dijaga dengan baik, tidak ada
musuh yang mendekatinya, musuh yang menggunakan senjata nafsu (seksual),
kemarahan, ketamakan, khayalan, penderitaan dan kekuatan. (hal ini merupakan
instrument untuk menyelesaikan kekuatan magis) dan para penyembah dapat pergi
kemana saja dengan menyenangkan dan juga ke dunia yang lain tanpa menemukan
halangan. Sesungguhnya yantra ini menolong seseorang untuk memadamkan kekuatan
nafsu (seksual) dan khayalan hidup” (Danielou, loc.cit). Mengusir keinginan
digunakan untuk menghancurkan musuh abadi seperti juga halnya seseorang
menaklukkan dirinya sendiri. Digunakan juga sebagai alat ilmu hitam dijelaskan
di dalam kitab Yantracintamani (7.5).
d) Yantra-Smarahara (bentuk yang ke-2)
Yantra ini adalah yantra smarahara dalam bentuknya yang lain (bentuk ke
2), dijelaskan di kitab Kali Tantra. “Ini juga yantra 5 segi tiga, tetapi
berada di dalam yang satu dan yang lain. Dua segi tiga adalah lambing wanita
(satu ujungnya menghadap ke atas) berair, tiga buah segi tiga lainnya adalah
lambang laki-laki (satu ujungnya menhadap ke bawah) berapi. Setiap tindakan
manifestasi-Nya adalah sebagai pengganti api dan upacara persembahan, melalap
dan dilalap, laki-laki dan wanita. Yantra ini adalah benar-benar lampiran kulit
berturut-turut yang menutupi roh individu yang menjadikan mahluk hidup.
Lingkaran dalam adalah energi yang bergelung (kundalini) yang bila dibangunkan,
akan naik melintasi 5 angkasa manifestasi ke dalam maupun ke luar. Lingkaran
luar menunjukkan kekuatan kreatif dari api yang membangkitkan untuk
bermanifestasi di tengah-tengah air di samudra purba. Delapan kelopak daun
bunga teratai adalah prinsip pemeliharaan alam semesta, Juga adalah Visnu yang
secara stabil memanifest di bumi. Di luar itu bujur sangkar, bumi, dengan 4
buah pintu dan dua buah svastika.
e)
Yantra-Mukti (Yantra untuk
mencapai kebebasan)
Yantra ini dijelaskan dalam kitab Kumarikalpatantra. Dibuat dari bujur
sangkar, dan sebuah segi tiga yang tajam, sebuah segi tiga yang berair, sebuah
segi enam dan sebuah lingkaran, di dalamnya terdapat satu yang lain. seluruhnya
dikelilingi persegi delapan dan sebuah bujur sangkar dengan 4 pintu. Di
tengah-tengah adalah Bija Maya (Hrim menunjukkan prinsip yang lain yang mana
setiap makhluk hidup dapat menguasainya untuk mencapai tujuannya yakni mencapai
kebebasan.
f)
Yantra Sri Cakra (Yantra
untuk memperoleh keberuntungan)
Sri Cakra atau Roda Keberuntungan, yang melambangkan Devi Ibu Alam Semesta,
salah satu yantra yang utama digunakan untuk menghadirkan para devata.
g)
Yantra Ganapati (Yantra
untuk memperoleh perlidungan)
Ganapati yantra merupakan titk-titik untuk identitas dari makro dan mikro kosmos.
h)
Yantra Visnu (Yantra untuk
memperoleh kemakmuran)
Visnu yantra diekspresikan dengan meresapi segalanya dan sifat sattva, sifat
menuju kearah atas. Berdasarkan jenisnya yantra tersebut memiliki fungsi
masing-masing. Adapun fungsi dari masing-masing yantra tersebut, antara lain:
1.
Yantra-raja berfungsi sebagai yantra yang tertinggi, memenuhi segala permohonan.
2.
Yantra Sarvatobhadra berfungsi untuk mengamankan lingkungan atau tempat tinggal.
3.
Yantra Smarahara berfungsi untuk melenyapkan keinginan, terutama ketika melakukan
meditasi.
4.
Yantra Mukti berfungsi sebagai penuntun bagi seseorang untuk mencapai moksa (kelepasan).
5.
Yantra Sri Cakra berfungsi utuk memperoleh keberuntungan.
6.
Yantra Ganapati berfungsi untuk memperoleh perlindungan dan keselamatan.
7.
Yantra Visnu berfungsi untuk memperoleh kemakmuran.
Langkah-langkah pendahuluan ditetapkan sebelum melakukan pemujaan melalui
yantra, atau pratima. Pertama, pemuja harus memusatkan pikiran kepada devata,
lalu di-nyasa-kan di dalam diri sendiri. Selanjutnya devata itu di-nyasa-kan
ke dalam yantra. Ketika devata sudah bersthana di dalam yantra, prana devata
itu telah merasuk ke dalamnya dengan prana pratistha, mantra dan mudra. Devata
saat itu telah bersthana di dalam yantra, yang menjadikan yantra itu tidak lagi
sekedar benda mati, tetapi setelah upacara ritual, diyakini
oleh sadhaka dan buat pertama kaliya Ia disambut dan dipuja. Mantra
itu sendiri adalah devata dan yantra adalah jasad dari devata yang adalah
(tidak lain) mantra (Avalon, 1997: 95).
Tidak
terhitung jumlahnya mantra. Semua sabda Tuhan Yang Maha Esa di dalam
kitab suci Veda adalah mantra. Walaupun demikin banyak jumlahnya, mantra-mantra
itu dapat dibedakan menjadi 4 jenis sesuai dengan dampak atau pahala dari
pengucapan mantra, antara lain ;
1. Siddha,
yang pasti (berhasil).
2. Sadhya,
(yang penuh pertolongan).
3.
Susiddha, (yang dapat menyelesaikan).
4. Ari, musuh
(Visvasara).
“Siddhamantra
memberikan pahala langsung tidak tertutupi dengan waktu tertentu. Sadhyamantra
berpahala bila digunakan dengan sarana tasbih dan persembahan (ritual). Susidhamantra,
mantra tersebut pahalanya segera diperoleh, dan Arimantra, menghancurkan
siapa saja yang mengucapkan mantra tersebut (Mantra Mahodadhi, 24, 23). Mantra-mantra
tersebut akan berhasil (siddhi) sangat tergantung pada kualitas (kesucian) dari
pemuja, dalam hal ini orang yang megucapkan mantra tersebut (Danielou, 1964:
338-349). Membaca mantra bermanfaat dalam proses pembinaan spiritual, dan
sekaligus menerima berkah dari para mahluk suci. Seperti halnya pembinaan
spiritual lainnya, membaca mantra mempunyai berbagai macam tingkatan tergantung
dari tingkat kehidupan spiritual masing-masing para pembacanya. Berikut dapat
diuraikan “tata cara singkat membaca Mantra Suci” sebagai berikut; Kedua tangan
harus dibersihkan dengan air bersih; Mulut harus dikumur bersih dengan air
bersih; sebaiknya meminum segelas air putih bersih; Jika memungkinkan ambil
posisi lotus (meditasi); Ambil nafas dalam-dalam hingga keperut, lalu hembuskan
perlahan-lahan hingga habis. Ulangi 3x; Katupkan kedua ibujari dengan posisi
menempel dekat dengan hulu hati, atau bila mempergunakan ‘mala’ letakan
mala ditangan kiri, pegang dengan 4 jari (kecuali ibu jari); Bayangkan kehadiran
mahluk suci dihadapan kita memancarkan sinar hingga menyinari seluruh tubuh
kita; Ibu jari lalu menarik satu butir mala kedalam sambil mengucapkan mantra
dalam hati, dan seterusnya hingga beberapa putaran mala. Lakukanlah...! Dalam
membaca mantra suci yang perlu diketahui dan diperhatikan adalah:
1.
Bagi para pemula, jangan
membaca mantra terlalu cepat. Jaga irama tempo yang seirama, sehingga dapat
dihayati maknanya satu persatu.
2.
Usahakan jangan berhenti di
tengah putaran mala, selesaikan dahulu
3.
putaran mala hingga tuntas.
Semoga berhasil dengan baik.
Berikut ini
adalah beberapa mantra yang sering dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
oleh umat sedharma, antara lain;
1. Puja
Trisandhya
“Oý Oý Oý
bhùr bhuwaá swaá,
tat sawitur
warenyaý,
bhargo
Devasya dhimahi,
dhiyo yo
naá pracodayàt.
“Oý
nàràyana evedaý sarwaý
yad bhutaý
yacco bhàwyaý
niskalanko
niranjano
nirwikalpo
niràkhyàtaá
cuddho dewo
eko
nàràyano na
dwitiyo asti kaccit.
“Oý twaý
ciwas twaý mahàdevaá
Icwaraá
paramecwaraá
Brahmà
wisnucca rudracca
Purusah
parikirtitàá.
“Oý pàpo
‘haý pàpakarmàhaý
Pàpàtma
pàpasambhawaá
Tràhi màý
pundarikàksa
Sabàhyàbhyantarah
suciá.
“Oý
ksamaswa màý Mahàdeva
Sarwapràni
hitangkara
Màý moca
sarwa pàpehbyaá
Pàlayaswa
sadà Úiva.
“Oý
Kûàntawyaá kayiko doûàá
Kûantawyo
vàciko mama,
Ksàntawyo
mànaso dosàh
Tat
pramàdàt ksamaswa màm
“Oý úantiá
úantiá úantiá oý”
Terjemahan:
Om, marilah
kita sembahyang pada kecemerlangan dan ke Maha Muliaan Sang Hyang widhi, yang
ada di dunia, di langit, di surga, semoga Ia berikan semangat pikiran kita;
Om, semua
yang ada ini berasal dari Sang Hyang Widhi, baik yang telah ada maupun yang
akan ada, ia bersifat niskala, sunyi, mengatasi kegelapan, tidak dapat musnah,
suci Ia hanya tunggal, tidak ada yang kedua;
Om, engkau
dipanggil Siwa, Maha Deva, Iswara, Parameswara, Brahma,
Wisnu,
Rudra, an Purusa;
Om, hamba
ini papa, hamba berbuat papa, diri hamba papa, kelahiran hamba
pun papa.
Lindungilah hamba ya Sang Hyang Widhi, sucikanlah jiwa dan raga
hamba;
Om,
ampunilah hamba, oh Hyang Widhi, yang memberikan keselamatan
kepada
semua makhluk, bebaskan hamba dari segala dosa, lindungilah, oh
Sang Hyang
Widhi;
Om,
hendaknya diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh badan hamba,
hendaknya
diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh kata-kata hamba,
hendaknya
diampuni dosa-dosa yang dikerjakan oleh pikiran hamba,
ampunilah
hamba dari segala kelalaian. Om, damai, damai, damai, om.
2.
Brahmabija atau Omkara (Pranava)
AUM
Terjemahan:
“saya
berbakti”, “Saya setuju”, “Saya menerima”, dalam
bahasa yang
mendasar. “sesungguhnya
suku kata ini adalah persetujuan, sebagai
wujud
persetujuan apa yang telah disetujui, ia ucapkan secara sederhana,
AUM.
Sungguh mantra ini adalah realisasi, tentang sesuatu, persetujuan”
(Chandogya
Upanisad I.1.8).
Mantra ini
ditujukan untuk membimbing seseorang untuk mencapai realisasi tertinggi,
mencapai kebebasan dari keterikatan, untuk mencapai Realitas Tertinggi
(Brahman).
Penggunaannya
setiap mulai acara ritual, mulai dan mengakhiri mantra.
3. Brahma
Mantra
Aum
Sat-cit-ekam Brahma
Terjemahan:
Tuhan yang
Maha Agung adalah Kesatuan, Keberadaan, dan kesadaran. Mantra ini
digunakan untuk mencapai tujuan terpenuhinya catur purusa artha, kebenaran,
kemakmuran, kesenangan dan kebebasan. Di samping vijamantra seperti dikutipkan
di atas, di Bali kita warisi pula mantra-mantra yang oleh C.Hooykas telah
dihimpun dan dikaji dalam bukunya Stuti and Stava of Balinese Brahman Priests,
Saiva, Buddha and Vaisnava (1971). Beberapa mantra tersebut senantiasa
digunakan oleh para pandita Hindu dalam melaksanakan pemujaan dan
persembahyangannya, di antaranya sebagai berikut:
4. Surya
Stava
Om
Adityasya param jyoti, rakta-teja namo’ stu te
Sveta-pankaja-madhyastha,
Bhaskaraya namo ‘stu te
Terjemahan:
Om Hyang
Widhi, Yang berwujud kemegahan yang agung putra Aditi, Dengan kilauan yang
merah, sembah kehadapan-Mu, Dikau yang bersthana di tengah sekuntum teratai
putih, Sembah kehadapan-Mu, Penyebar kemegahan/ kesemarakan! Mantra Surya Stava
ini digunakan setiap mulai atau awal persembahyangan untuk memohon persaksian
kehadapan Sang Hyang Widhi.
Demikian
arti, makna atau tujuan pengucapan mantra. Seperti telah dijelaskan di atas,
sejalan dengan karakter seseorang, maka mantram dapat bersifat Sattvam (Sattvikamantra)
bila digunakan untuk kebaikan mahluk, menjadi Rajasikamantra dan Tamasikamantra
bila digunakan untuk kepentingan menghancurkan orang-orang budiman, kebajikan,
seseorang atau masyarakat. Di Bali bijaksara mantra dan mantra-mantra tertentu
di atas hampir setiap hari dirapalkan oleh para pandita Hindu, diharapkan
segala gejolak emosional masyarakat dikendalikan.
BAB III
Dari penjabaran diatas, dapat
disimpulkan sebagai berikut : bentuk ajaran tantra adalah yantra dan mantra
yang telah dilaksanakan oleh masyarakat. Kemudian yantra, bentuk ajaran ini
berupa banten dan susastra. Sedangkan mantra yang memiliki arti bentuk pikiran
maknanya sesesorang yang mampu memahami makna yang terkandung dalam mantra
dapat merealisasikan apa yang digambarkan didalam mantra itu.
Cara mempraktikan ajaran tantra
adalah memuja Shakti, menyakini pengalaman mistis, simbol-simbol penyelamatan
dunia dari kehancuran, dan mewarnai kebudayaan dan keagamaan.
Untuk yantra dapat dipraktikan
dengan cara melaksanakan pemujaan. Sedangkan untuk mantra dengan mengucapkan
mantra-mantra.
Saran kami kepada para pembaca ialah
agar selalu melaksankana tindakan berdasarkan dharma dan menjalankan ajaran
tanta, yantra dan matra.
Lampiran
1.
Bentuk Yantra yang paling sederhana adalah?
Jawaban : sebuah titik ( Bindu) atau
segitiga terbalik
2.
Dinyatakan terdapat lebih dari Sembilan ratus
Yantra, salah satu Yantra yang paling penting adalah?
Jawaban : sri Yantra atau Navayoni Yantra.
3.
Sebutkan bentuk-bentuk Yantra?
Jawaban : banten dan susastra
4.
Benten adalah salah satu bentuk Yantra yang
dinyatakan dalam Lontar?
Jawaban : Yadnya Parakerti
5.
Banten caru melambangkan?
Jawaban : penetralisir kekuatan negatif
6.
Arti dari “ peras Ngarania Prasidha Tri Guna
Sakti “ adalah?
Jawaban : hidup sukses itu dengan
memproposikan dan memposisikan dengan tepat dinamikan Tri Guna sampai mencapai
sakti.
7.
Bentuk Yantra dalam kasusteraan Hindu ada
berapa?
Jawaban : ada 5 bentuk
8.
Bentuk Yantra yang dipotong susuai garis yantra
tersebut atau dipotong pada bagian tertentu adalah?
Jawaban : Meru parastar
9.
Siwalingga bisa bersifat Chala atau?
Jawaban : Achala
10.
Bagian terbawah dari siwalingga disebut?
Jawaban : Brahmabhaga
11.
Mandala berarti?
Jawaban : lingkaran
12.
Kata mantra berarti?
Jawaban : bentuk pikiran
13.
Dasar mantra satu suku kata disebut sebagai?
Bijamantra atau vijamantra
14.
Nama lain dari ritme adalah?
Jawaban : svara
15.
Sebenarnya mantra merupakan kombinasi 2 suku
kata yakni?
Jawaban : man dan tra
16.
Doa membersihkan diri?
Om gangga amrtha sarira sudhamam swaha, om
sarira parisudhamam swaha.
17.
Sebutkan cara mempraktikan ajaran tantra?
Jawaban : memuja Shakti, menyakini
pengalaman mistis, simbol-simbol erotis, penyelamatan dunia dari kehancuran,
mewarnai kebudayaan dan keagamaan.
18.
Untuk memperoleh kemakmuran merupakan fungsi
Yantra?
Jawaban : Yantra Visnu
jual kalung sri yantra, silahkan kunjungi website : https://www.tokopedia.com/quanyin/kalung-liontin-sri-yantra-meditation-pendant?trkid=f%3DCa0000L000P0W0S0Sh%2CCo0Po0Fr0Cb0_src%3Dsearch_page%3D1_ob%3D23_q%3Dsri+yantra_po%3D1_catid%3D2370<=%2Fsearchproduct%20-%20p1%20-%20product
ReplyDeleteOM SWASTHI ASTHU menurut kitab menawa dharma sastra trimurti ini masih dilahirkan dari telur alam semesta yang menciptakan telur alam semesta ini adalah SHANG HYIANG MAHA BRAHMAN Yang bersifat NIRGUNA dari sinilah terlahirlah tri murti yang bersifat sifat saguna OM shanti shanti shanti OM
ReplyDeleteBuy Pods Accessories Online at Low Price
ReplyDelete