7 July 2015

kisah inspiratif- pramugari dan kakek


PRAMUGARI DAN KAKEK

Saya adalah seorang pramugari biasa dari China Airlines. Karena bergabung dengan perusahaan penerbangan hanya beberapa tahun dan tidak mempunyai pengalaman yang mengesankan, setiap harinya melayani penumpang dan melakukan pekerjaan yang monoton. Pada tanggal 17 juli yang lalu saya menjumpai suatu pengalaman yang membuat perubahan pandangan saya terhadap pekerjaan maupun hidup saya. Hari ini jadwal perjalanan kami adalah dari Shanghai menuju peking, penumpang sangat penuh hari itu. Diantara penumpang, saya melihat seorang kakek dari desa merangkul sebuah karung tua dan terlihat jelas sekali gaya desanya. Pada saat itu saya berdiri di pintu pesawat menyambut penumpang. Kesan pertama dari pikiran saya ialah zaman sekarang sungguh sudah maju, seorang dari desa sudah mempunyai uang untuk naik pesawat. Ketika pesawat sudah terbang, kami mulai menyajikan minum.

Ketika melewati baris 20, saya kembali melihat kakek tua tersebut. Dia duduk dengan tegak dan kaku ditempat duduknya dengan memangku karung tua bagaikan patung. Kami menanyakan mau minum apa, tetapi dengan terkejut dia melambaikan tangan menolak. Kami hendak membantunya meletakkan karung tua diatas bagasi tempat duduk juga ditolaknya. Kami menawarkan makanan juga ditolaknya. Akhirnya kepala pramugari dengan akrab bertanya kepadanya apakah dia sakit. Dengan suara kecil dia menjawab bahwa dia hendak ke toilet tetapi dia takut apakah dipesawat boleh bergerak sembarangan, takut merusak barang didalam pesawat. Kami menjelaskan kepadanya bahwa dia boleh bergerak sesuka hatinya dan menyuruh seorang pamugara mengantarnya ke toilet. Pada saat menyajikan minum yang kedua kali, kami melihat dia melirik penumpang sebelahnya dan menelan ludah. dengan tidak menanyakannya kami meletakkan segelas minuman teh dimeja dia. Ternyata gerakan kami mengejutkannya. Dengan terkejut dia mengatakan tidak usa, tidak usa. Kami mengatakan engkau sudah haus, minumlah. Pada saat ini dengan spontan dari sakunya dikeluarkan segenggam uang logam yang disodorkan kepada kami. Kami menjelaskan kepadanya minumanya ini gratis. Dia tidak percaya. Katanya saat dia dalam perjalanan menuju bandara, merasa haus dan meminta air kepada penjual makanan di pinggir jalan. Dia tidak meladenii, malah diusir. Pada saat itu kami mengetahui demi menghemat biaya perjalanan dari desa dia berjalan kaki sampai mendekati bandara baru naik mobil. Karena uang yang dia bawa sangat sedikit, hanya dapat meminta minuman kepada penjual manakan dipinggir jalan, itupun kebanyakan ditolak dan dianggap sebagai pengemis. Saat kami membujuk dia terakhir dia percaya dan duduk dengan tenang meminum secangkir teh, kami menawarkan makanan tapi ditolak olehnya. Dia menceritakan bahwa dia mempunyai dua orang putra yang sangat baik, putra sulungnya sudah bekerja dikota dan putra bungsunya sedang kuliah tingkat 3 di peking. Anak sulungnya yang bekerja dikota menjemput kedua orang tuanya untuk tinggal bersama di kita tetapi kedua orang tua tersebut tidak biasa tinggal di kota akhirnya pindah kembali ke desa. Sekali ini orang tuanya hendak menjenguk putra bungsunya di peking.anak sulungya tidak tega orangtuanya tersebut naik mobil begitu jauh, sehingga membelikan tiket pesawat dan menawarkan menemaninya bersama-sama ke peking. Tetapi ditolak olehnya karena dinggap terlalu boros dan tiket pesawat sangat mahal. Dia bersikeras dapat peria sendiri. Akhirnya dengan terpaksa ia setuju dengan anaknya. Dengan merangkul sekarung penuh ubi kering yang disukai oleh anak bungsunya, ketika melewati peerikasaan keamanan dibandara, dia disuruh menitipkan karung tersebut ditempat bagasi tetapi dia bersikeras membawanya sendiri. Katanya jika ditaruh ditempat bagasi, ubi tersebut akan hancur dan anaknya tidak suka makan ubi yang sudah hancur. Akhirnya kami membujuknya meletakkan karung tersebut diatas bagasi tempa duduknya, akhirnya dia bersedia, dengan hati-hati dia meletakkan karung tersebut. Saat dalam penerbangan kami terus manambah minuman untuknya, dia selalu membalas dengan ucapan terima kasih dengan tulus. Tetapi dia tetap tidak mau makan, meskipun kami mengetahui sesungguhnya dia sudah sangat lapar. Saat pesawat hendak mendarat dengan suara kecil dia menanyakan saya apakah ada kantong kecil, dan meminta saya meletakkan makanannya di kantong tersebut. Dia mengatakan bahwa dia belum pernah melihat makanan yang begitu enak. Dia ingin membawa makanan tersebut untuk anaknya. Kami semua kaget. Menurut kami yang setiap hari melihat makanan yang begitu biasa, di mata seorang desa menjadi begitu berharga. Dengan menahan lapar disisihkan makanan tersebut demi ananknya, dengan terharu kami mengumpulkan makanan yang masih tersisa yang belum kami bagikan kepada penumpang ditaruh didalam sebuah  kantong yang akan diberikan kepada kakek tersebut. Tetapi diluar dugaan dia menolak pemberian kami, dia hanya menghendaki bagia dia yang belum dimakan, tidak menghendaki yang bukan miliknya sendiri. Perbuatan yang tulus tersebut benar-benar membuta saya terharu dan menjadi pelajaran berharga bagi saya. Sebenarnya kami menganggap semua hal sudah belalu, tetapi siapa yang menduga pada saat semua penumpang sudah turun dari pesawat, dia yang terakhir berada di pesawat. Kami membantunya keluar dari  pintu pesawwat, sebelum keluar dia melakukan sesuatu hal yang tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya, yaitu berlutut menyembah kami, mengucapkan terima kasih bertubi-tubi, dia mengatakan bahwa kami semua adala orang yang paling baik yang dijumpai. Kami didesa hanya makan sehari sekali dan tidak pernah meminum air yang begitu manis dan makana yang begitu enak. Hari ini kalian tidak memandang hina terhadap saya dan meladeni saya dengan sangat baik, saya tidak tau bagaimana mengucapkan terima kasih kepada kalian. Semoga tuhan membalas kebaikan kalian, dengan menyembah dan menangis dia mengucapkan perkataannya.kami semua dengan terharu memapahnya dan menyuruh seorang anggota yang bekerja dilapangan membantunya keluar dai lapangan terbang.

Selama 5 tahun bekerja sebagai pramugari, beragam penumpang yang saya sudah jumpai, yang banyak bicara, banyak tingkah, tetapi belum pernah menjumpai orang yang menyembah kami . kami hanya menjalankan tugas kami dengan rutin dan tidak ada keistimewaan yang kami berikan. Hanya menyajikan makanan dan minuman. Tetapi kakek tua itu  yang berumur 70 tahun tersebut sampai menyembah kami mengucapkan terima kasih, sambil merangkul karung  tua yang berisi ubi kering.

 

No comments:

Post a Comment